Selasa, 03 April 2012

kondisi tari aceh bireun

Bireuen Harus Komit Lestarikan Kesenian Tradisional


Kelompok Seudati asuhan Hermanto tengah
menanpilkan atraksi seudati di SD Negeri 18
Bireuen,
[Foto/Suherman Amin/Andalas]

ACEH GOET
Bireuen Harus Komit Lestarikan Kesenian Tradisional

Oleh; Suherman Amin

ACEH GOET - Tokoh Seni tradisional sekaligus pelatih seni tradisonal Wilayah Bireuen Hermanto ZA meminta masyarakat Bireuen untuk tetap komit mendukung pelestarian kesenian tradisional baik seudati mapun kesenian Aceh lainnya yang tengah dikembangkan pihaknya agar tetap berjaja dan tidak punah.
Hermanti ZA dalam keterangannya kepada Andalas Sernin (2/1) menyebutkan, kesenian tradisional Aceh baik yang khas maupun yang umum sepertinya sudah langka sehingga sangat sulit dicari bila ada sesuatu acara yang perlu ditampilkan kesenian khas Aceh.

Disebutkan, saat ini pihaknya tengah melakukan pengembangan kesenian tradisional Aceh di sekolah-sekolah walaupun sudah tidak ada kepedulian berbagai pihak untuk membantu dan mendukung pengembangannya .
Hermanto ZA merasa sedih bila berbagai kesenian kkhas Aceh hilang sebab kesenian tradisional itu merupakan suatu sarana kumunikasi serta media atau alat menyampaikan aspirasi dalam bidang pembangunan, budaya dan pendidikan.

Group Kesenian Asuhan Hermanto, 
 [Foto/Suherman Amin/Andalas]
Seharusnya Pemkab Bireuen perlu melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional dan bahkan harus membuat Group Kesenian Meuligo yang didalamnya ada beberapa kesenian khas Aceh.
Sementara itu Syeh Usman Buket merupakan Syekh Seudati pengembangan dari Syeh Rasyid Bireuen menyebutkan, Seudati bukannya tidak dikembangkan namun terkendala dengan beberapa factor terutama factor dana.

Dalam kaitannya factor dana sebut Syeh Usman, bila Seudati ingin dikembangkan bila diminta bantuan dana untuk pembinaan pemain pihak Pemkab Bireuen melalui Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemuda Dan olahraga selalu mengatakan tidak ada dana karena tidak dialokasikan.
Selain itu masyarakat sendiri tidak begitu serius dalam upaya pengembangan Seudati yang katanya Seudati itu sudah tidak begitu penting sehingga mematahkan semangat dalam upaya pelestariannya.

Padahal,kata Usman Buket Seudati sangat penting untuk dilestarikan dan dikembangkan sebab dalam syair “ Aneuk Dhiek “ ( Penyair didepan ) selalu mensyiarkan pesan Agama,pembangunan, pendidikan, sosial budaya dan lainnya.

Selain itu tambah Syeh Usman,seumpama Seudati  selain mensyiarkan berbagai ragam kepentingan, juga berfungsi sebagai ajang silatuurahim dalam keakraban hubungan dengan berbagai pihak dan sekaligus merupakan pengayaan budaya nasiobnal.

Drs H Suherman Amin adalah wartawan Andalas Medan di Bireuen


* Kirimkan tulisan anda beserta fotonya ke atjehgoet@gmail.com *

Pengembangan Kesenian aceh

Pengembangan Kesenian Tradisional Harus Dibudayakan Sejak Dini


Syeh Usman Buket, [Foto/Suherman Amin]

ACEH GOET
Pengembangan Kesenian Tradisional Harus Dibudayakan Sejak Dini

Oleh; Drs H Suherman Amin

ACEH GOET, Bireuen - Pengamat Seni dan budaya Aceh Syeh Usman Buket Cotbatee Kabupaten Bireuen menyatakan bila upaya pengembangan kesenian tradisional dikembangkan harus sejak dini,mulai dari tingat PAUD dan TK barulah dikembangkan di sekolah-sekolah dan para remaja.

Syeh Usman Buket kepada Andalas kemarin menyebutkan, ia sangat prihatin kurangnya pengembangan kesenian tradisonal yang merupakan khasanah budaya daerah untuk memperkaya kebudayaan nasional di Aceh nyaris punah dan tidak berkembang dan baru ada ketika akan ada acara, jadi tidak siap pakai.

“ Seyogianya pemerintah komitmen mengembangkan kesenian dan budaya tradisional sebab kesenian khas Aceh mampu mensyiarkan masalah agama, pembangunan dan hal lain yang menyangkut dengan situasi dan kondisi daerah.” Sebutnya.

Diharapkan, Kesenian dan budaya khas Aceh perlu dilestarikan. Makanya seluruh masyarakat terutama pihak sekolah yang membina siswa bidang ekstrakurikuler perlu menumbuhkembangkan budaya apresiasi seni sehingga mereka menghargai dan menghayati seni sehingga kesenian dan budaya tradisional bernuansa Islami hidup dan berkembang di Aceh.

Untuk membudayakan seni dan budaya itu sebenarnya mudah asalkan ada kemauan,tetapi payah bila adak ada kemauan dan dukungan berbagai pihak terutama mau menyediakan dana sekadarnya.

Dikatakan mudah karena pihak sekolah mau menumbuhsuburkan budaya ke arah yang lebih maju dan sukses dengan memprogramkan atau diskedul secara terarah dan itu tidak mustahil, namunn itu semua itu terpulang kepada pemerintah daerah.

Sementara itu Kepala SD Negeri 18 Bireuen, Hermanto ZA yang juga pakar Seni di Bireuen sangat mendukung apa yang dilontarkan Syeh Usman Buket dan ia yakin para guru yang merupakan tenaga pendidik dengan senang hati melakukan pengembangan seni.

Hermanto ZA menyebutkan, dalam upaya mengembangkan kesenian khas Aceh tentunya membutuhkan para porsenil yang mermpunyai kompetensi kepribadian, profesional, akademis dan sosial budaya.

“ Semua itu kita punya Cuma saja yang kita tidak punya menyangkut sarana dan dana pendukung untuk itu.” Ungkap Hermanto ZA seraya menyatakan hal itu harus pula didukung etos kerja yang tinggi antara volume maupun waktu kerja yang harus berbanding lurus sehingga tidak miring.

Baik Syeh Usman maupun Hermanto keduanya menyebutkan, progam kegiatan yang akan dilakukan terhadap pengembangan seni harus mempunyai sasaran dan tujuan untuk memberhasilkan pendidikan, menambah wawasan,meningkatkan professional guru, perubahan sikap,terutama yang mau sebagai perintis dan penggerak gagasan demi kemajuan dan pengembangan pembinaan generasi muda mendatang untuk meraih prestasi yang gemilang.

Drs H Suherman Amin adalah wartawan Andalas di Bireuen


* Kirimkan tulisan anda beserta fotonya ke atjehgoet@gmail.com *

SENI UKIR KAYU

SENI UKIR KAYU

Seni ukir kayu adalah salah satu khasanah tradisi bangsa yang masih lestari. Beberapa daerah di nusantara, seperti Jepara, Yogyakarta, Solo, Bali, Kalimantan, Sulawesi, atau Toraja, memiliki banyak perajin ukir kayu yang karyanya diakui dunia. Hasil ukiran mereka, baik dengan media pintu, jendela, kursi, topeng, atau meja menjadi barang ekspor. Kita patut berbangga hati karenanya. Mengukir kayu membutuhkan keahlian khusus, meskipun demikian, keahlian ini bukannya tidak dapat dipelajari. Selain melalui pendidikan formal, saat ini sudah banyak buku yang membahas cara mengukir kayu dengan baik. Seperti buku berjudul Penuntun Belajar Mengukir Kayu bagi Pemula karya Saiman Rais dan Suhirman ini yang sangat sesuai bagi Anda para pemula yang ingin belajar seni ukir kayu.

Dalam buku ini, kedua penulis yang berlatar belakang sekolah seni dan saat ini berprofesi sebagai guru sekaligus perajin ukir kayu, tampak memahami seni ukir kayu, sehingga dalam menguraikan tahap demi tahap dalam mengukir dalam buku ini disajikan dengan bahasa yang cukup komunikatif. Pembaca dan pengukir pemula akan mudah memahami. Bahkan, pengukir kayu pemula akan dapat langsung praktek karena dalam buku ini juga disertai gambar-gambar.

Buku ini dibagi dalam 7 bab. Bab satu menguraikan tentang cara mengenal kayu sebagai bahan ukiran (h. 1-10), di antaranya membahas tentang umur kayu, warna kayu, arah serat, massa jenis kayu, cat kayu, dan jenis kayu. Bab dua menguraikan tingkat kekerasan kayu (h. 11-14), di dalamnya berisi tentang beragam jenis kayu. Bab III membincangkan tentang peralatan mengukir, yang dibagi dalam 2 jenis, yaitu peralatan pokok dan bantu (h. 15-38).

Bab empat membahas tentang motif, corak, dan cara mendesain (h. 49-63). Bab lima berbicara tentang langkah-langkah praktek pengukiran kayu, seperti tahap menggambar ragam hias tradisional, menggambar desain ukiran, cara menggunakan peralatan, praktek mengukir, dan cara memelihara peralatan ukir (h. 69-100). Bab enam membahas tentang cara mengkilapkan dan mewarnai ukiran, seperti cara menggunakan politur (h. 107-109). Bab tujuh disertakan contoh-contoh seni hasil ukiran kayu (h. 111). Mencermati pembahasan yang ada, buku ini sangat cocok untuk para guru seni kriya di SMU atau SMK.

Terdapat beberapa pesan penting dari buku ini, antara lain bahwa mengukir kayu itu mudah. Bagi pengukir pemula, dengan membaca dan mengerjakan tahap demi tahap cara mengukir dalam buku ini, tentu akan bisa meskipun nanti hasilnya belum maksimal. Selain itu, Keberadaan buku ini membuktikan bahwa negeri ini kaya akan tradisi seni ukir kayu. Beragam hasil budaya seni ukir hampir dimiliki oleh setiap suku bangsa di Indonesia. Negeri ini juga kaya akan hasil hutan berupa kayu. Sebelum hutan dibabat oleh para pengusaha nakal, hutan Indonesia menjadi salah satu yang terluas di dunia. Kayu Indonesia dikenal sebagai salah satu yang terbaik.

Negeri ini pun kaya akan manusia kreatif. Tanpa kreativitas, motif seni ukir akan monoton. Perkembangan motif inilah yang membuat seni ukir menjadi menarik dan bertahan lama. Pesan di atas penting untuk dikemukakan, bahwa seni ukir bukanlah hanya dimiliki oleh orang yang berjiwa seni saja. Selain itu, kewajiban masyarakat melestarikan tradisi seni ukir tidak hanya jika ia dapat mengukir, melainkan juga menghargai alam.

GKAH-LANGKAH MENGUKIR


            TEHNIK-TEHNIK UKIR

 Mengukir : membentuk hiasan/motif dengan pahat ukir.
A.    Bahan :       O . Medang
                          O . Meranti
                          O . Mahoni
                          O . Sarian
                          O . Jati
B.    Alat : Satu set pahat ukir terdiri dari :
                          O .  20 buah pahat penuku + 10 buah pahat datar.
           Tambahannya :  5 buah pahat kol + 3 buah pahat coret
                                       (kecil,sedang,besar).
C.    Di dukung oleh alat bantu al :  O . palu kayu
                                                     O . coping saw
                                                     O . scrol saw
                                                     O . Jing saw
                                                     O . batu asah
                                                     O . gerinda batu asah
    
                                                                                        Langkah mengukir :
1.    NGGETA’KI : Proses memindahkan motif/garis ke benda kerja.
 
                                                                                


2.    NDASARI : proses mencongkel bagian dasar di luar motif agar lebih dalam.


3.    MBUKAKI : proses membentuk pahatan pada motif batang,daun,dan bunganya.


4.    MBENANGI ; proses membentuk benangan/garis pada motif batang,daun,dan bunga,.
membentuk garis pada sekukan daun dan bunga.


5.    CAWEN : bentuk garis pada lekukan daun dan bunga.


6.    MBABARI : proses terahir, merapikan/membersihkan bagian ukiran yang belum sempurna.